DUKA DI RAMADLAN 1429 H
oleh Abu Syamil F H
Tiga hari ke depan kita sudah memasuki 1 Syawal 1429 H. tidak terasa akhir Ramadlan hampir kita lalui. banyak berita duka yang kita dengar dari tanah air. Yang paling menyedihkan adalah tewasnya para pengantri uang zakat yang hanya sebesar Rp.30.000,- dari dermawan setempat. Berita yang sangat menyedihkan ini juga menjadi sorotan di berbagai negara tetangga. Sungguh memilukan dan juga memalukan. Inilah potret negeri ini yang susungguhnya.oleh Abu Syamil F H
Sementara saya menyaksikan dengan kepala yang ada matanya ini bagaimana sekelompok orang, keluaraga dan kolega yang dengan ringan mengeluarkan uang yang sebagian besar bernilai Rp.100.000,- per lembar di beberapa rumah makan mewah yang harganya sudah pasti lima atau sepuluh kali uang yang diperebutkan fakir miskin dalam berita tersebut. Sambil berhaha...hihi... mereka menyantap makanan dengan tawa riangnya. yang lebih ironis lagi adalah sisa dari makanan yang mereka tinggalkan di piring-piring mereka. jJika tiga porsi dari sisa santapan yang mereka tinggalkan, mungkin akan menggembirakan lima orang anak jalanan yang menyantap sisa makanan mereka. Ironi memang. inilah potret anak bangsa negeri ini.
Dimana sesungguhnya nilai-nilai suci Ramadlan sebagai bulan peduli...? apakah mereka tidak memahami ini makna dari Ramadlan sebagai bulan pengendalian hawa nafsu dari berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan...? Apakah kepedulian dan empati terhadap fakir miskin hanya cukup dibuktikan dengan membayarkan zakat fitrah/maal saja...? Dimana perilaku bersahaja yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Ada yang berargumentasi "ya sekali setahun ga apalah..."! saya jawab benarkah kalian melakukan ini hanya setahun sekali saja..??? benarkah kalian hanya lakukan ini ketika di bulan Ramadlan saja...? atau juga kalian lakukan pada moment-moment tertentu yang menurut kalian tepat untuk dilakukan....?silahkan jawab dari hati kecil kalian saja. dan tidak perlu berpolemik terhadap pertanyaan dan jawaban yang kalian berikan. jawablah dari hati kita yang terdapalam.
Adakah niat untuk membegikan makanan kepada anak-anak jalanan yang tidak pernah merasakan nikmatnya Sea Food atau sebungkus nasi padang. Pernahkah kita melakukan hunting fakir miskin karena kita kelebihan rezeki dan dan langsung kita sampaikan kelebihan rezeki kita kepada mereka....? Bukan mengumpulkan mereka dalam waktu yang bersamaan dengan mengantri dengan antrian yang panjang dan berdesakan....?
Mari kita merenung di akhir Ramadlan ini jika kita ingin merasakan nikmatnya hari raya idul fitri dan merindukan kembali datangnya ramadlan di tahun yang akan datang. Wallahu 'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar